Saturday, January 5, 2013

Komunikasi di Tempat Kerja

Suatu ketika aku mengalami salah komunikasi. Jadi saat itu aku masih berstatus karyawan baru di suatu instansi. Inginnya sh sebagai orang baru aku bisa cepat beradaptasi dan akrab dengan senior. Alhasil aku seringkali menyapa dengan ramah setiap orang yang aku temui di kantor, dan terkadang berkata-kata sok akrab dengan karyawn lain :D Memang responnya juga bagus. Tapi waktu itu pas lagi apes, aku kirim email ke pimpinan (mau memperkenalkan diri) pake kata-kata "Halo Pak... :)" Aku berpikir, apa sh yang salah dari kata-kataku itu... dibikin puyeng sendiri... beberapa kali aku tanya ke diriku sendiri...lagi... apa sh yang salah?
Huh... yaudah deh, anggap aja salah.... kata-kata itu, aku nggak bermaksud tidak sopan atau apa. Mungkin semangatku saat itu sedang berlebih, ditambah aku inginnya sh bersikap bersahabat dengan orang. Tapi ternyata responnya lain. Ternyata pimpinan kurang suka dengan sapaan itu.... Ya emang sh nggak bilang langsung ke aku, tapi lewat orang lain. Dan untung aja itu nggak bikin aku galau berkepanjangan... :D hehe... Okedeh biarkan saja waktu berlalu... dan petik apa yang bisa dipetik (hikmahnya)

"Terlalu semangat itu juga nggak bagus... simpan saja kelebihannya... buat cadangan besok... "

Dan sekarang kasusnya ada karyawan baru... Masih belum banyak makan asam garam di dunia kerja. Semangatnya jangan di tanya. Berapi-api :D. Dan ternyata dia mengalami hal yang kurang lebih sama denganku pas kirim email... cara berkomunikasi yang 'bersahabat' atau  'gaul dikit' pake moticon2 juga... bisa jadi dianggap kurang sopan. Yah... yaampun ya... XD Tapi kita sudah tahu rule nya sekarang... jadi ikuti aja.

"Bersikaplah sopan dengan atasan... bawahan... (samping kanan atau kiri...) meskipun harus dengan cara yang berbeda"

Friday, January 4, 2013

Biarlah Orang Berkata Apa...

Dalam sebuah riwayat menceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar/keledai, manakala anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, 'Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki."
Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu."

Sebaik sahaja mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan himar itu."
Oleh kerana tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai."

Dalam perjalanan mereka pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan telatah mereka, katanya,

"Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah S.W.T.  Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."
(Tuntutlah ilmu untuk mencari kebenaran itu... kebenaran itu... jalan yang lurus...)

Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya,
"Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."


Wednesday, January 2, 2013

Kalahkan Nafsu...

Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal dan nafsu...

Allah S.W.T telah menciptakan akal, dan berfirman : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."

Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, mengadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."

Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."

Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T memberikan perintah puasa agar nafsu bisa kita kendalikan.

Siapa yang memenuhi ajakan iblis (meninggalkan agama), maka hilang agama dari dirinya. Siapa yang memenuhi ajakan jiwa (maksiat), maka hilang darinya nilai nyawanya. Siapa yang memenuhi ajakan nafsunya (syahwat), maka hilanglah akal dari dirinya. Siapa yang memenuhi ajakan dunia, maka hilang akhirat dari dirinya. Dan siapa yang memenuhi ajakan anggota tubuhnya, maka hilang syurga dari dirinya.
Dan siapa yang memenuhi ajakan Allah S.W.T., maka hilang dari dirinya semua kejahatan dan ia memperolehi semua kebaikan."

- jagalah makanmu dari yang haram
- jagalah pandangan matamu (syahwat biologis)
- jagalah diri dari rasa malas/ngantukan
- jagalah bicaramu...

"Ya Alloh... tolonglah hamba dalam menjaga diri ini... Allohumma Ajirna Minannarr, Amin..."