Thursday, March 25, 2010

Raja Kin

Sore itu aku hanya duduk santai di rumah. Untuk sekedar memecah kesunyian (emang sunyi bisa ya, dipecah???)  aku setel radioku. Waktu itu ada acara dongeng, mau tau seperti apa dongengnya… judulnya raja Kin.

Dahulu kala…

Di suatu kerajaan, ada seorang raja yang sedang naik tahta, namanya raja Kin. Ayah dan ibunda raja tersebut telah tiada sehingga raja Kin hanya tinggal bersama para pamong kerajaan yang sangat patuh dengannya. Seluruh rakyat sangat mematuhi perintah raja dan sangat berbakti kepadanya. Saking taatnya, sampai-sampai apapun yang diperintahkan raja… rakyatnya selalu mengiyakan dan mematuhinya, meskipun mereka sebenernya tahu tidak semua yang dikatakan sang raja benar. Akan tetapi mereka takut untuk mengatakan tidak atau menolak permintaan raja.
Suatu ketika raja Kin meminta pendapat kepada para mentri kerajaan tentang pakaian yang dikenakannya. Raja Kin memakai baju tanpa lengan dan celana setinggi lutut (red :gojak-gajek). “Bagaimana penampilanku hari ini?” tanya raja Kin. “Bagus… bagus paduka… saya juga akan memakai pakaian seperti itu paduka raja” jawab orang-orang yang berada di istana kerajaan itu.
Raja Kin tahu kalau semua orang yang berada di istana kerajaan itu hanyalah pura-pura memujinya. “Kenapa orang-orang mengatakan pakaian ini bagus, bukankah ini pakaian yang tidak pantas dipakai” gumam sang raja dalam hati. Dalam hati raja Kin merasa sedih akan ketidak jujuran rakyatnya. Namun raja membiarkan perasaannya itu…

Suatu hari raja Kin hendak melihat-lihat suasana diluar kerajaan bersama dengan pengawalnya. Di halaman istana, pengawal sudah terlihat siap dengan kuda dan segala perlengkapannya. “Pengawal, bagaimana semua sudah siap??” begitu kata raja. “Sudah baginda raja…” jawab pengawal.  “Apa kuda ini dapat berlari dengan cepat? keledai lari lebih cepat dibanding kuda bukan? ” tanya sang raja. (Sebenarnya sang raja tentu saja sudah tau kalau lari kuda lebih cepat daripada keledai, raja Kin hanya ingin mendengar pendapat pengawal itu (red: nge-tes). “Oh iya, kalau begitu saya akan menggantinya dengan keledai baginda raja” jawab pengawal. Lalu pengawal mengganti kuda dengan keledai dan mereka mulai berangkat. Mereka berdua sama-sama tau kalau mengendarai keledai tak lebih baik daripada kuda, tetapi mereka hanya saling diam. Raja Kin menghela nafas panjang, “Hehhhhhhhhhhh…” “Kenapa semua orang selalu mengiyakan semua ucapanku???” Katanya dalam hati.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka berhenti di sebuah warung untuk sekedar beristirahat dan berhenti makan.  Orang-orang yang berada di warung tersebut lalu memberi hormat kepada raja Kin dan mempersilakan untuk memilih tempat duduk yang diinginkan. Setelah sementara waktu sang raja menikmati hidangan, pemilik warung itu mendekati raja Kin dan mengeluhkan kejadian yang baru saja dia alami dalam waktu dekat.
Baginda raja, belum lama ini warung kami dirampok oleh orang dari desa sebelah, mohon paduka raja menghukum perampok itu” kata pemilik warung.
Oh… begitu ya… (hmmmm cukup lama terdiam)”.
***

Kalau begitu, kamu yang harus di hukum… perampok itu merampok karena karena kamu punya barang-barang yang berharga kan? Kalau kamu tidak punya barang-barang berharga tentu saja perampok itu tak akan merampok. Jadi sekarang kamu yang harus dibawa ke kerajaan dan dipenjarakan”kata raja Kin.

A a ampun baginda raja… saya rela dihukum” blab la blab la…
Singkat cerita, pemilik warung itulah yang di hukum.  Benar2 tidak adil bukan??? (Kenapa pemilik warung itu nggak protes. Raja Kin juga… sudah tau rakyatnya sangat mematuhinya… kenapa nggak memanfaatkan hal itu untuk suatu kebaikan) Ya… namanya juga dongeng… di paido yo keneng… (boleh nggak percaya)

Pengawal dan pemilik warung itu akhirnya pergi ke kerajaan, sedangkan sang raja tak ingin pulang dan memilih untuk menyendiri untuk sementara waktu. Di bawah pohon yang rindang (ngarang cerita sendiri gp2 ya…) raja Kin masih memikirkan kejadian tadi… raja Kin tau kalau perbuatan yang dilakukannya itu tidak benar. (Tapi kenapa tetep saja dilakukan?) Jangan Tanyakan padaku… Tanya saja pada rumput yang bergoyang… :)

Sempat terbesit dalam pikiran sang raja untuk pergi saja dari kerajaan dan merantau ke negara lain. Raja rupa2nya ingin mendapatkan kehidupan yang sama seperti kebanyakan orang, mendapat perlakuan yang biasa, tidak terlalu diagungkan dan semua berjalan normal…
Dan tiba-tiba terdengar suara… suara tangisan anak kecil, eh bukan…  seperti bukan tangisan…  tapi seorang anak yang sedang menangis tapi kemudian dia tertawa dan menangis lagi…

Hei, kamu kenapa menangis?” tanya sang raja.
Tuan… saya sedih…” jawab anak kecil itu.
Lalu kenapa kamu tertawa?
Bukankan Tuan pernah bilang…  saat sedang sedih… atau menangis, maka harus tertawa… hihihiii hahhhaahha
Ya…ya… tertawalah sampai sedihmu hilang…
aha aha ahhhaahaa… hikshuua… ihihihih *** hikshikshiks…. (gak ketawa lagi)”
Kenapa berhenti tertawa, ayolah tertawa lagi sampai sedihmu hilang.
Enggak Tuan… ini nggak cocok…

Heiiii mata sang raja Terbelalak… (kenapa?kelilipan??) Sang raja senang mendengarnya.
Hukshhuuuks tuan… kenapa tuan menghukum ayahku… kenapa? Dimana-mana perampoklah yang dihukum, bukan orang yang dirampok?” (Oh, ternyata pemilik warung itu ayah anak kecil ini)
Oya… ***  kalau begitu kamulah yang harus dihukum!” kata raja Kin dengan nada datar (jangan membayangkan robot)

Kenapa sa saya dihukum… saya tidak bersalah tuan… hhhhua a saya tidak melakukan kesalahan ngihaaa”
“Kamu akan aku hukum… hukumannya setiap hari kamu harus menemuiku ke istana
(asumsi jarak istana kerajaan dengan rumah anak itu tidak lebih dari 500m) dan menemani aku di istana, kamu harus mengingatkan aku jika aku melakukan hal yang keliru”
“Benarkah tuan? Itukah hukumannya? Kalau itu saya mau tuan…" (mata anak kecil itu berbinar-binar… diusaplah airmata dengan lengan tangannya)
Kalau begitu ayoh kita menuju istana… Agar kita lebih cepat sampai gimana kalau kita pergi dengan keledai”ajak raja
Emm… tuan… kuda lebih baik dari pada keledai kenapa kita tidak memakai kuda saja ke istana?”
Hmmmm (tersenyum) iya… kamu memang benar…
***
Singkat cerita ayak anak itu dibebaskan, dan anak itu selalu menemui raja Kin setiap harinya untuk selalu mengingatkan raja apabila ada hal-hal yang tidak pantas.

Sebuah pelajaran...

Dari cerita diatas dapat diambil pelajaran yang berarti dalam kehidupan ini yaitu bahwasanya seseorang itu tidak ada yang paling sempurna, bahkan seorang raja sekalipun.  Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Ingatkanlah seseorang (dengan cara yang baik dan sopan) apabila dia melakukan kesalahan agar orang yang melakukan kekhilafan itu sadar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dilain waktu.

No comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar anda...